RASIKAFM.COM | UNGARAN – Puluhan siswa SDN Ungaran 01, Kabupaten Semarang, diduga mengalami keracunan usai menyantap menu makan bergizi gratis (MBG), Selasa (30/9/2035). Mereka mengalami gejala mual, muntah, hingga pusing setelah menyantap makanan yang disajikan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, Dwi Syaiful Noor Hidayat, menyebut pihaknya telah menurunkan tim gerak cepat ke lokasi hanya 10 menit setelah menerima laporan.
Kabar terkait:
“Korban yang kami tangani ada 20 anak dengan gejala mual dan muntah, alhamdulillah semuanya sudah mendapat penanganan. Informasi yang menyebut ada pasien dirawat inap itu sebenarnya sudah dipulangkan. Satu anak dibawa ke RS Hermina bukan karena parah, tapi karena permintaan orang tuanya,” ungkapnya.
Menurut Syaiful, saat ini Dinkes masih melakukan investigasi dengan mengambil sampel makanan untuk diuji di laboratorium.
“Kami perlu memastikan penyebabnya, apakah karena alergi atau faktor lain. Hasil uji lab nanti akan kami laporkan. Kami juga sudah melaporkannya kepada Badan Gizi Nasional (BGN),” imbuhnya.
Bupati Semarang Ngesti Nugraha menegaskan pihaknya langsung berkoordinasi dengan jajaran terkait usai menerima laporan.
“Kemarin saat rapat koordinasi, kami mendapat informasi ada siswa yang mual setelah menyantap puding. Kami langsung berkoordinasi dengan Kapolres, Dandim, dan Puskesmas Ungaran untuk memberikan penanganan. Ada beberapa siswa yang sempat dibawa ke rumah sakit, tapi kondisi mereka kini sudah membaik,” ujarnya.
Ngesti berharap seluruh SPPG lebih berhati-hati dalam menyiapkan makanan untuk anak sekolah.
“Laksanakan sesuai SOP, jangan sampai ada kelalaian. Harapan kami semua anak bisa sehat dan aman,” tegasnya.
Pihaknya selaku Satgas Percepatan MBG juga menyoroti sejumlah persoalan yang kerap muncul, mulai dari makanan basi hingga pengelolaan dapur. Aturan SOP, terutama soal waktu memasak, distribusi, hingga konsumsi, diminta dipatuhi dengan ketat.
“Kami minta makanan yang dimasak dan didistribusikan maksimal harus dikonsumsi dalam waktu tiga jam. Air yang dipakai memasak wajib dari air galon, bukan PDAM atau sumur. Termasuk pekerja SPPG harus memakai masker, penutup kepala, dan memiliki surat keterangan sehat dari fasilitas kesehatan,” tegasnya.
Saat ini, Pemkab Semarang juga mewajibkan seluruh SPPG mengurus Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS) sebagai standar pelayanan.
“Kami fasilitasi melalui Dinkes. Harapan kami semua bisa memenuhinya,” sambungnya.
Sementara Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Semarang, Joko Sriyono turut bersuara menyikapi kejadian tersebut. Menurutnya jika MBG diantar pagi dan dibagikan kepada siswa saat jam istirahat maka kemungkinan bakteri bisa tumbuh.
“Anak-anak ini kan daya tahan tubuhnya berbeda-beda. Sehingga potensi keracunan itu ada,” kata dia.
Ia juga berkomentar jika satu SPPG harus menyediakan sebanyak 3.000 menu maka terlalu berat.
“Dapur juga harus ada ahli teknologi pangan dan ahli masaknya. Kalau tidak ya nanti akan terjadi terus menerus, tinggal menunggu bom waktu saja mana yang keracunan lagi,” pungkasnya. (win)