RASIKAFM.COM | UNGARAN – Duka mendalam menyelimuti sebuah rumah di Dusun Srumbung, Desa Bergas Kidul, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, Rabu siang (23/4/2025). Di balik pelayat yang terus berdatangan, berdiri sosok ayah yang berusaha tegar, Ngadi, pria 54 tahun yang kehilangan anak laki-lakinya yang paling dibanggakan, Muhammad Nastain.
Nastain adalah seorang dosen muda Universitas Gadjah Mada (UGM), ditemukan meninggal dunia di indekosnya di Sleman, DIY, pada Senin (21/4/2025) dalam kondisi mengenaskan. Kepergiannya mengejutkan banyak pihak, terutama keluarganya yang mengenalnya sebagai pribadi cerdas, sederhana, dan penuh cita-cita.
Ngadi masih menyimpan rencana kecil yang kini terasa sangat besar yakni mengantarkan motor baru untuk anaknya di Yogyakarta.
“Rencana saya mau antarkan motornya ke Jogja, lalu motor lamanya saya bawa pulang, namun belum sempat,” katanya pelan, matanya sembab menahan tangis.
Sejak sekolah hingga menjadi dosen, Nastain setia mengandalkan motor Beat tua hadiah dari sang ayah. Tak pernah mengeluh, tak pernah meminta lebih. Bahkan ketika ditawari mobil oleh Ngadi, Nastain menolak dengan halus.
“Saya kasihan lihat dia naik motor tua, temannya sudah pada pakai mobil. Tapi dia tetap sabar,” ujarnya lirih.
Nastain bukan anak biasa. Lulusan S1 Biologi Universitas Diponegoro dan S2 Biologi UGM ini tengah bersiap mendaftar S3 di kampus yang sama. Ia mengajar sebagai dosen lepas, menapaki jalan sunyi menuju dunia akademik. Sejak kecil, dia lebih suka membaca buku ketimbang bermain.
“Kalau teman-temannya main bola, dia lebih milih baca buku. Bahkan buku atlas sampe lecek karena bolak-balik dibaca,” lanjutnya.
Ngadi bercerita tak ada firasat apapun. Saat Lebaran terakhir, mereka masih sempat berkumpul. Bahkan sehari sebelum kabar duka datang, Ngadi sempat berziarah ke makam Gus Dur di Tebuireng Jombang dan menyebut nama Nastain dalam doanya.
“Yang saya doakan hanya Nastain, Nastain dan Nastain seorang waktu itu,” katanya, menatap nanar ke arah motor baru yang tak pernah sampai ke Yogyakarta. Tak sempat dikendarai oleh pemiliknya.
Motor itu kini menjadi simbol cinta seorang ayah yang belum selesai, dan sebuah kehilangan yang tak terucap. (win)