Pada Kampung Djadoel, kata Mbak Ita, dulunya adalah sebuah kampung yang kumuh dan langganan banjir.
Cikal bakal sebagai kampung batik saat itu suda ada namun belum memiliki ciri khas yakni produksi khas Semarangan.
“Dulu lima tahun saya lihat, namanya kampung batik Semarang, tapi hanya jual produk saja, itu juga batik solo dan pekalongan. Sekarang sudah ada pembatiknya dan jual batik khas Semarangan,” katanya.
Pihaknya juga terus memberikan dorongan berupa pelatihan secara berkelanjutan bagi para pembatik Semarangan.
Terbaru, dengan pelatihan batik Semarangan di Gedung Sobokarti, yang bisa diikuti siapa saja yang ingin belajar dan tahu lebih tentang batik.
“Itu peserta milenial semua, jadi bagaimana batik ini tidak terkikis jaman, dengan generasi muda sebagai penerus kedepannya,” katanya.
Nanang Suwidyo (17), mahasiswa Lampung, mengaku senang dengan kolaborasi dua motif Lampung dan Semarangan.
Kegiatan ini kata dia, diselenggarakan Keluarga Mahasiswa Pelajar Lampun di Semarang (Kamapala) bekerjasama dengan Kampung Dajdoel Semarang.
“Kita desain, lalu kita batik bersama para mahasiswa Lampung yang ada di Semarang, hasilnya nanti kita pajang di asrama,” katanya. *