RASIKAFM.COM | SALATIGA – Sepintas melihat aktivitas seorang barista (peramu kopi) sekaligus pengelola gerai kopi d’radical bernama Avik RF (31) warga Sidorejo Salatiga, merupakan aktivitas biasa layaknya barista-barista lain. Namun siapa sangka, perjalanannya menggeluti dunia bisnis kopi berawal ketika ia menjalani kehidupan yang baru setelah sempat terpapar paham radikalis sejak 2014 lalu.
Ya, Avik memulai kisahnya sebagai barista tak lepas dari cerita masa lalunya sebagai seorang pemuda yang pernah menjadi aktivis jihad melalui dunia maya. Saat itu, Avik yang baru berusia 21 tahun sempat aktif di dunia maya dengan menyuarakan empati dan dukungan terhadap aksi-aksi kelompok jihadis di daerah konflik Suriah.
“Saat itu layaknya anak muda yang sedang semangat dan penasaran mencari informasi terkait tindakan radikalisme melalui youtube dan website. Sehingga saya membayangkan untuk ambil bagian dalam aksi-aksi jihadis itu, meskipun dalam skala dunia maya. Saya tidak pernah berfikir bahwa tindakan tersebut merupakan tindakan yang keliru. Saat itu sedang gencar-gencarnya ISIS,” ungkap Avik.
Aksi yang dilakukan Avik di dunia maya terbaca oleh Densus 88 dan akhirnya harus membuatnya berurusan dengan aparat kepolisian di tahun 2018 dan harus menjalani program deradikalisasi. Baru pada 2021, Avik kembali ke Salatiga dan memulai kehidupan barunya di bawah bimbingan beberapa anggota polisi dari Polres Salatiga.
“Singkat cerita, memang pada awalnya saya mengikuti sejumlah kegiatan deradikalisasi di bawah yayasan yang bergerak di bidang gerakan kontra ideologi radikal. Setelah itu oleh beberapa rekan dari Polres Salatiga yakni Apda Panji dan Aipda Soleh, saya diarahkan untuk menekuni dunia barista, didaftarkan dalam pelatihan pengolahan kopi hingga diberikan tempat untuk menjalani usaha gerai kopi,” terangnya.
Saat ini, Avik mengelola gerai kopi bernama d’Radical. d’Radical diinisiasi oleh Aipda Panji, seorang anggota Polres Salatiga dengan maksud menjadi wahana untuk beraktivitas usaha bagi Avik melalui kegiatan deradikalisasi. Usaha yang dikembangkan Avik saat ini tergolong berkembang lantaran telah memiliki banyak pelanggan di kalangan penikmat kopi Salatiga. Bahkan, dinsela kesibukannya, sambil Avik tak segan diajak diskusi mengenai kegiatan anti ideologi radikal di kalangan remaja dan pemuda di wilayah Kota Salatiga.
“Saya sadar bahwa sikap yang berlebihan seperti yang pernah saya alami itu keliru. Sehingga sayapun dalam beberapa diskusi di kalangan pemuda dan remaja Salatiga memberikan pemahaman bahwa gerakan radikalisme dengan mengatasnamakan jihad tidak dibenarkan dalam agama,” ungkap Avik.
Sementara itu, ditemui dilokasi yang sama, Aipda Panji mengatakan dirinya dan beberapa rekan anggota Polres Salatiga merasa terpanggil untuk memberikan dukungan terhadap Avik. Menurut Panji, deradikalisasi harus dilakukan melalui aksi nyata dengan memberikan kegiatan yang selain bermanfaat secara pemahaman ideologi juga dapat menjadi salah satu cara memberdayakan yang bersangkutan secara ekonomi.
“Ketika rekan-rekan salah satunya Avik ini menjalani program deradikalisasi, masa itu adalah masa yang rentan, masih mudah untuk kembali melakukan tindakan-tindakan radikal dan berhubungan dengan jaringan-jaringan ekstrimis. Kami dan beberapa rekan memang dengan dasar pertemanan dan kemanusiaan, membantu Avik dan ada satu lagi yakni Wawan yang kini menekuni aktivitas ojek online. Kami hanya merasa memiliki tanggung jawab untuk membimbing mereka ini. selebihnya peran kekuarga tentu menjadi pendukung utama. Dan Alhamdulillah, saat ini Avik sudah menjalani kehidupan layaknya warga negara Indonesia lainnya,” pungkasnya