RASIKAFM.COM | SALATIGA – Rektor Universitas Kristen Satya Wacana, Profesor Intiyas Utami, menghadiri kegiatan Konferensi Puncak Pendidikan Tinggi Indonesia (KPPTI) 2025 atau Indonesia Higher Education Summit (IHES) 2025 yang digelar Rabu–Jumat (19–21/11/2025) di Graha Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Surabaya. Kegiatan ini mengusung tema “Kampus Berdampak: Konsolidasi dan Penguatan Ekosistem Pendidikan Tinggi Menuju Indonesia Emas 2045.”
Forum pendidikan tinggi yang strategis dan terbesar ini menghimpun lebih dari 5.000 peserta dari Perguruan Tinggi Negeri (PTN), Perguruan Tinggi Swasta (PTS), Perguruan Tinggi Kedinasan dan Lembaga (PTKL), Perguruan Tinggi Luar Negeri (PTLN), industri, organisasi profesi, mahasiswa, alumni hingga diaspora ini menjadi ruang konsolidasi nasional untuk menyelaraskan arah pendidikan tinggi menuju Indonesia Emas 2045, dengan diskusi yang bertumpu pada gagasan Kampus Berdampak sebagai fondasi transformasi pendidikan tinggi.
Pembukaan forum diawali dengan laporan komprehensif dari Ketua Panitia KPPTI, Nurhasan, yang menegaskan bahwa ekosistem pendidikan tinggi Indonesia kini berdiri di simpul sejarah penting. Dengan 2.000 peserta luring dan estimasi total 5.000 peserta termasuk mahasiswa, KPPTI 2025 dihuni oleh 337 PTS, 156 PTN, 90 Politeknik, 21 Poltekkes, perguruan tinggi kedinasan, perguruan tinggi luar negeri, pelaku industri, organisasi profesi, hingga diaspora akademik Indonesia di berbagai negara. “Kehadiran 86 narasumber hebat akan memperkaya pemahaman kita terhadap dinamika global dan tantangan reputasi pendidikan tinggi,” ungkapnya.
Dalam pertemuan tersebut, Rektor Intiyas menegaskan kembali komitmen UKSW untuk menghadirkan pendidikan yang berpusat pada manusia. “Pendidikan UKSW selalu berangkat dari prinsip Imago Dei, memanusiakan manusia,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa semangat tersebut dijalankan melalui keberagaman mahasiswa yang kini mencapai sekitar 16.000 orang, termasuk 1.500 mahasiswa asal Papua, serta ribuan lainnya yang berasal dari wilayah 3T. Menurutnya, keberagaman itu menjadi energi bagi UKSW untuk terus mendorong inovasi dan pengembangan bagi wilayah 3T.
Terkait riset, Rektor Intiyas menyoroti keberhasilan UKSW mempertahankan posisi di klaster mandiri, namun ia menilai posisi tersebut harus diikuti dengan kontribusi yang lebih luas bagi ekosistem riset Indonesia. Ia mengusulkan model ristek gotong royong, sebagai kolaborasi yang mempertemukan kampus-kampus unggul dengan perguruan tinggi yang masih mengembangkan kapasitas riset. “Kolaborasi ini perlu sedikit ‘dipaksa’ dalam ekosistem yang saling menguatkan,” katanya. Melalui pendekatan itu, ia berharap budaya penelitian yang inklusif dan suportif dapat mengangkat kualitas riset nasional secara merata.
Di sela-sela diskusi, Rektor Intiyas menegaskan salah satu isu fundamental ekosistem riset nasional, yaitu biaya publikasi yang masih tinggi dan ekosistem jurnal internasional yang belum sepenuhnya berpihak pada Indonesia. Lebih jauh, Rektor Intiyas juga mendorong penguatan jurnal ilmiah Indonesia agar mampu menarik perhatian peneliti internasional mempublikasikan karya mereka di Indonesia, bahkan menulis dalam bahasa Indonesia.
Menurutnya, hal ini penting agar dana publikasi dengan nilai besar tidak terus mengalir ke luar negeri. “Bayangkan jika bukan hanya dana kita yang tidak keluar, tetapi justru dana penelitian asing bisa masuk ke Indonesia melalui jurnal-jurnal kita,” tuturnya. Ia menilai bahwa penguatan ekosistem publikasi domestik akan memperluas pengaruh ilmiah Indonesia sekaligus memperkuat kedaulatan pengetahuan nasional. Pernyataan ini menjadi salah satu sorotan penting terkait mandat kedaulatan ilmu pengetahuan yang tengah diperkuat pemerintah.
KPPTI 2025 menegaskan urgensi kebijakan pendidikan tinggi berbasis relevansi dan dampak, yang dipertegas melalui Opening & Keynote Speech Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Profesor Brian Yuliarto, S.T., M.Eng., Ph.D., mengenai arah strategis menuju Indonesia Emas 2045. Pemerintah menekankan pentingnya konsolidasi nasional lintas jalur akademik, vokasi, dan profesi. Sementara Keynote Speech Wakil Ketua Komisi X DPR RI menyoroti politik anggaran untuk mendukung Kampus Berdampak.
Agenda penting hari pertama adalah peluncuran Metrik Kampus Berdampak Commitment to Impactful Transformation in Society (COMMITS) oleh Mendiktisaintek sebagai standar pemeringkatan baru yang memetakan kontribusi perguruan tinggi. Rangkaian sesi berikutnya memperkaya ruang dialog, mulai dari University Expo yang menampilkan inovasi dan teaching factory, hingga Plenary Session tentang kepemimpinan transformasional dan budaya ilmiah unggul yang dipaparkan Ketua Tim Formatur Sekolah Rakyat Mohammad Nuh dan Staf Khusus Mendiktisaintek bidang Riset dan Pengembangan I Gede Wenten.