RASIKAFM.COM | UNGARAN – Bupati Semarang Ngesti Nugraha menjelaskan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang sedang memetakan berbagai permasalahan pendidikan di wilayahnya, dengan fokus utama pada penanganan siswa inklusi dan nasib tenaga pengajar non-Aparatur Sipil Negara (ASN). Hal ini disampaikannya menanggapi berbagai masukan dari Dewan Pendidikan dan hasil monitoring di sekolah-sekolah.
Menurut Ngesti, saat ini terdapat 886 siswa inklusi di Kabupaten Semarang. Pemkab berencana mencari solusi untuk mengoptimalkan penanganan mereka, salah satunya dengan memusatkan siswa-siswa tersebut ke beberapa lokasi khusus.
”Ada satu sekolah yang siswa inklusinya hanya tiga atau empat orang. Kalau memungkinkan, kami akan carikan satu atau dua tempat di wilayah strategis agar mereka bisa dijadikan satu dalam ruang kelas khusus,” jelas Ngesti saat ditemui di Ungaran, Rabu (17/9/2025).
Selain itu, permasalahan lain yang menjadi perhatian adalah kekurangan tenaga pengajar serta sarana dan prasarana (sarpras) sekolah, termasuk alat peraga untuk siswa inklusi.
”Kami juga akan memprioritaskan pemberian beasiswa pada tahun 2026 untuk anak-anak disabilitas dan kurang mampu yang berprestasi,” lanjutnya.
Terkait nasib tenaga pengajar non-ASN, Ngesti mengungkapkan kekhawatiran atas data 682 guru non-ASN yang tidak bisa masuk program Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) maupun PPPK paruh waktu.
”Jika sampai akhir tahun 2025 kami tidak bisa mengeluarkan insentif atau gaji bagi mereka, kami akan kerepotan. Kami akan konsultasi dengan Mendagri dan Menpan-RB untuk mencari solusi terbaik,” tegasnya.
Ngesti menambahkan, ia sangat prihatin jika harus memberhentikan para guru yang telah mengabdi, terutama jika gaji mereka masih di bawah UMK. Ia berharap ada solusi terbaik agar pendidikan di Kabupaten Semarang bisa terus maju.
“Bagaimanapun mereka berjasa memajukan dunia pendidikan di Kabupaten Semarang,” pungkasnya. (win)