RASIKAFM.COM| SALATIGA – SG, Seorang siswi salah satu SMA Negeri di Kota Salatiga, Jawa Tengah diduga menjadi korban bullying atau perundungan teman sekolahnya. Akibat perundungan yang dialami, korban enggan masuk sekolah dan sempat mengirimkan pesan lewat WhatsApp kepada orang tuanya jika hendak melakukan bunuh diri. Karena sudah tidak tahan atas perundungan itu.
Ayah korban berinisial GS mengaku tidak tahu persis kapan anaknya menjadi korban perundungan. Sebab saat ini anaknya yang sedang duduk kelas 10 itu masih trauma dan sulit diajak komunikasi.
“Yang anak sampaikan kepada saya itu, pemalakan, rem sepeda motor itu dilepas. Dia mengalami ketakutan sampai pulang itu sepeda motor dituntun. Terus ada juga jilbab dilepas,” terang GS saat ditemui rasikafm.com Jumat (5/1/2024).
Diakui, anaknya baru bercerita menjadi korban perundungan pada Kamis (5/1/2024). Awalnya anaknya mengirim pesan WhatsApp kalau sudah tidak kuat dan hendak bunuh diri.
“Tapi saya tidak begitu merespon, saya kira cuma bercanda. Tapi kemarin sempat teriak-teriak saya tidak kuat, baru kita merespon,” ungkap GS.
Dikatakan, saat ini kondisi korban masih mengalami trauma dan takut bertemu dengan orang asing. Selain itu korban juga meminta untuk pindah sekolah di luar Salatiga.
“Kita pindahkan di Salatiga anak masih ketakutan, mintanya di luar Salatiga,” terang dia.
GS menyebut, diduga pelaku perundungan itu dilakukan oleh siswa laki-laki dan perempuan. Namun yang terparah dilakukan oleh siswa laki-laki yang sampai melepaskan rem sepeda motor.
“Untuk kasusnya akan kami pertimbangan (lapor pihak kepolisian) kita saat ini sudah didampingi LPAI. Kedepannya hal itu tidak terulang lagi. Harapannya saya pembinaan tidak hanya siswanya, tapi juga guru dan pendidik,” kata GS.
Sementara itu, Sekretaris Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Jawa Tengah Dhinar Sasongko mengaku prihatin dengan adanya kasus perundungan ini. Pihaknya telah membantu korban dengan menyediakan pendampingan dari psikolog.
“Kita telah menyiapkan tenaga psikolog untuk mendampingi korban. Karena tadi saya lihat ketika kita datang masih takut dan masih menangis,” kata Dhinar.
Terkait dengan penyelesaian kasus dengan langkah hukum, kata Dhinar, pihaknya menyerahkan kasus tersebut kepada orang tuanya. Dia berharap kasus perundungan tidak terulang lagi.
“Seandainya nanti keluarga memutuskan untuk melakukan langkah-langkah hukum tentunya adalah pertimbangan yang terbaik bagi mereka. Tapi yang dipikirkan saat ini adalah masa depan anak. Baik korban maupun pelakunya,” terang Dhinar.
Dikatakan, pihak sekolah juga sudah bertemu dengan orang tua korban dan akan membentuk tim investigasi untuk menangani kasus ini.
“Kita juga koordinasi dengan Unit PPA Polres Salatiga untuk datang ke rumah korban untuk melakukan investigasi,” tandasnya.